Pasar Burung Buana Lestari Terbengkalai: Aset Pemkab Bojonegoro yang Terlantar dan Rawan Disalahgunakan
Bojonegoro, Polemikdaerah.online — Pasar Burung Buana Lestari di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro, kini tinggal menjadi jejak sunyi dari proyek ambisius era Bupati Anna Mu’awanah. Diresmikan dengan semangat pemberdayaan ekonomi komunitas dan pengembangan hobi burung berkicau, pasar tersebut kini justru menampilkan wajah buram akibat pembiaran struktural oleh Pemkab Bojonegoro.
Dua tahun setelah ditinggal pemimpinnya, kondisi pasar yang merupakan aset resmi milik Pemkab ini kian memprihatinkan. Fasilitas umum rusak, sarana tak terawat, dan tak ada pengelolaan yang jelas. Apa yang dulu digadang-gadang sebagai ruang aktivitas produktif kini berubah menjadi bangunan kosong tanpa arah.
"Lampu banyak yang rusak, bahkan bohlam dan kabel sudah hilang. Seperti tidak ada yang merasa memiliki,” ungkap seorang penikmat kopi di salah satu sudut pasar.
Koh Akhsin, seorang pegiat informasi lokal yang kerap menyoroti kebijakan publik, menilai kondisi pasar ini mencerminkan ketidakpedulian total dari dinas teknis terkait. Tidak ada perawatan, tidak ada jadwal operasional, dan tidak ada program pengelolaan pasca-pembangunan.
"Tidak seperti pasar tradisional lain seperti Pasar Wage atau Pasar Pahing yang punya hari tetap, di sini tidak ada kepastian. Aktivitas jadi sporadis, pedagang bingung kapan harus buka. Ini bukti lemahnya tata kelola,” tegasnya.
Menurutnya, pasar yang awalnya disambut positif kini kehilangan fungsinya karena minim perawatan dan absennya kebijakan teknis. Hal ini menciptakan potensi kerugian besar, bukan hanya bagi pedagang dan penghobi burung, tapi juga bagi publik Bojonegoro yang telah membiayai proyek ini lewat dana APBD.
"Pasar ini dibangun dengan uang rakyat. Kalau dibiarkan seperti ini, maka bukan hanya pedagang yang rugi, tapi masyarakat Bojonegoro secara keseluruhan,” imbuhnya.
Lebih memprihatinkan lagi, suasana pasar menjelang malam menjadi gelap, remang-remang, dan nyaris tak berpenghuni. Dengan kondisi tak terawat, pepohonan rindang, dan bangku-bangku di sudut pasar yang dibiarkan terbengkalai, pasar ini berpotensi disalahgunakan sebagai tempat prostitusi liar.
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa secara historis, kawasan tersebut dulunya dikenal sebagai pasar kebo, lokasi yang pernah identik dengan praktik prostitusi terselubung. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, bukan tidak mungkin aset publik ini kembali diseret ke masa lalunya yang kelam.
"Pasar Burung Buana Lestari adalah contoh nyata dari gagalnya kesinambungan kebijakan publik, tanpa strategi perawatan, program bagus pun bisa runtuh. Pembiaran oleh dinas terkait dan sikap abai pemerintah daerah terhadap aset publik adalah bentuk nyata dari tata kelola yang buruk" Pungkasnya.
Red...