Musda Golkar Bojonegoro Terancam Tidak Demokratis: Dinasti Politik Mulai Bermain, Loyalitas Kader Diuji
Bojonegoro, Polemikdaerah.online – Gelaran Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar DPD Bojonegoro tinggal menghitung hari, namun prosesnya, di duga mulai dikotori oleh manuver-manuver politik yang memicu keresahan di akar rumput. Bukannya menjadi arena kontestasi sehat antar kader terbaik, Musda justru mulai diwarnai indikasi manipulasi arah dukungan yang mengancam integritas internal partai.
Rumor menguat bahwa salah satu kandidat telah memulai gerakan penjaringan dukungan secara senyap. Dengan dalih konsolidasi, sang figur disebut getol melakukan safari politik ke tiap kepengurusan kecamatan. Lebih dari itu, narasi yang dibangun bahkan mengarah pada klaim sepihak bahwa dirinya telah mendapat restu politik dari kepala daerah aktif.
Manuver ini menuai tanda tanya besar di kalangan kader. Pasalnya, Partai Golkar dikenal dengan tradisi kaderisasi dan pengambilan keputusan yang berbasis musyawarah. Jika benar ada intervensi kekuasaan atau dukungan terselubung dari penguasa daerah, maka Musda dikhawatirkan berubah menjadi ajang formalitas pengesahan titipan kekuasaan.
“Ini bisa jadi Musda semu. Bukan siapa yang berkontribusi dan loyal ke partai yang akan menang, tapi siapa yang punya akses ke elite kekuasaan,” ujar salah satu kader muda yang meminta identitasnya disamarkan.
Di tengah riuh manuver politik itu, dua nama mencuat sebagai kandidat kuat dengan rekam jejak politik yang jelas dan legitimasi kader yang solid: Sigit Kushariyanto dan Ahmad Supriyanto.
Sigit bukan nama baru di panggung politik Bojonegoro. Empat periode menjabat anggota DPRD dan sempat memimpin lembaga legislatif sebagai ketua dewan, menjadikannya sosok yang punya pengalaman sekaligus jaringan politik yang kuat. Sementara Ahmad Supriyanto dikenal sebagai politisi muda yang sedang menanjak, dua kali terpilih sebagai anggota DPRD dan kini dipercaya memimpin salah satu komisi strategis.
Keduanya disebut-sebut memiliki basis dukungan riil di tingkat bawah dan dipandang sebagai representasi kader murni yang tumbuh dari rahim partai, bukan dari jalan pintas kekuasaan.
Namun sayangnya, peluang kontestasi sehat mereka justru terancam jika struktur partai terkooptasi oleh narasi semu dan dominasi kekuasaan eksternal. Jika Musda tidak dijaga dari pengaruh intervensi elit, maka yang lahir bukanlah pemimpin partai yang kuat, melainkan boneka politik yang dikendalikan dari luar arena partai.
“Partai Golkar Bojonegoro saat ini berada di titik kritis, Musda kali ini akan menjadi momentum kaderisasi sejati atau dan justru akan mencatat sejarah kelam sebagai ajang transaksional penuh rekayasa” pungkasnya.
Red..