Menara Runtuh, Solidaritas Umat Jangan Ikut Runtuh, Ketika Pemimpin Diam, Saatnya Umat Bergerak
Opini Edukasi.
Bojonegoro, Polemikdaerah.online, - Kebakaran menara spiral Masjid Agung Darussalam Bojonegoro pada Februari lalu bukan sekadar musibah arsitektur, yang runtuh bukan hanya beton, tetapi juga simbol kebanggaan umat, cahaya adzan yang memanggil jamaah, dan wajah kota yang berdiri di tengah alun-alun.
Delapan bulan berlalu, menara itu masih terbengkalai, pemerintah menjanjikan perbaikan pada 2026, janji yang terdengar manis bagai rayuan pujangga, namun terasa pahit di hati umat, apakah jamaah harus menunggu dua tahun hanya untuk menyaksikan kembali ikon religius kota ini berdiri.
Pertanyaan yang lebih dalam pun muncul, mengapa tidak ada inisiatif cepat dari pemerintah untuk memberi motivasi, dukungan, atau bahkan stimulasi anggaran kepada pengurus takmir masjid?, mengapa sikap diam seolah lebih mudah dipilih, padahal ketika proyek infrastruktur bernilai miliaran dijalankan, langkah pemerintah begitu gesit?, di sinilah kepekaan pemimpin diuji, apakah mereka benar-benar mendengar suara hati rakyat, atau hanya sibuk dengan angka-angka dalam lembaran anggaran?
Padahal Allah SWT berfirman dalam suratnya :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18).
Rasulullah SAW juga menegaskan:
“Barangsiapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ayat dan hadis ini mengingatkan kita bahwa memakmurkan masjid bukan hanya tanggung jawab birokrasi, tetapi kewajiban kolektif umat beriman, maka, di mana peran kita sebagai jamaah? Apakah kita hanya pasif menunggu pemerintah?
Sejarah Islam membuktikan, masjid-masjid besar berdiri bukan karena anggaran negara, melainkan karena gotong royong, keringat, dan keikhlasan umat, seperti Masjid Quba, masjid pertama dalam sejarah Islam, dibangun Rasulullah bersama para sahabat dengan tangan mereka sendiri, Masjid Nabawi diperluas dengan kebersamaan, inilah teladan yang seharusnya menggerakkan kita hari ini.
Menara Darussalam yang hangus adalah cermin. Ia memantulkan wajah pemimpin, apakah benar-benar hadir untuk rakya, ini juga memantulkan wajah umat, apakah masih ada empati dan solidaritas, ataukah kita sibuk dengan urusan masing-masing?
Api boleh membakar menara, tetapi jangan biarkan ia memadamkan nurani dan kepedulian, pemerintah wajib mempercepat langkah, tokoh agama harus bersuara lebih lantang, dan jamaah perlu ikut serta dengan sedekah dan gotong royong, karena menara itu hanya bisa berdiri kembali jika hati kita ikut tegak bersamanya.
Red...