Batu Onik Desa Jari: Dari Bumi Gondang Menuju Panggung Dunia


Bojonegoro – Mentari pagi menembus celah perbukitan Gondang, memantulkan kilau keemasan di permukaan bongkahan batu onik yang teronggok di pinggir jalan Desa Jari. Bagi sebagian orang, batu itu hanya mineral biasa. Namun, bagi warga Desa Jari, ini adalah simbol harapan, peluang, dan masa depan yang tengah menanti untuk diwujudkan.

Kepala Desa Jari, Paryono, menatap hamparan tanah desa yang luasnya 187,5 hektare. Di balik permukaan tanah itu, tersimpan harta alam luar biasa, batu onik dengan volume cadangan diperkirakan mencapai 468.750 meter kubik. Batu ini memiliki corak alami yang memukau, menyerupai marmer, dan bernilai seni tinggi ketika diolah menjadi aksesoris, prasasti, atau ornamen interior.

“Kalau fasilitas peralatan bisa dibantu, kami yakin kerajinan ini bisa menjadi sumber lapangan pekerjaan, terutama bagi generasi muda desa,” ujar Paryono penuh keyakinan, Rabu (13/8/2025).

Beberapa tahun lalu, Karang Taruna Desa Jari pernah merasakan semangat itu. Mereka mengikuti pelatihan mengolah batu onik dari Pemkab Bojonegoro. Dalam bengkel sederhana, suara mesin pemoles berpadu dengan percikan debu batu. Mereka belajar memotong, membentuk, hingga menghaluskan batu hingga mengeluarkan corak alami yang memesona.

Namun, pelatihan itu terhenti di tengah jalan. Keterbatasan peralatan membuat keterampilan yang sudah diasah tak bisa diaplikasikan sepenuhnya. “Sayang sekali, dulu kami sudah mulai belajar bikin suvenir kecil-kecilan, tapi alatnya belum ada, jadi mandek,” kenang Suko (27), salah satu anggota Karang Taruna.

Kini, Paryono dan warganya bertekad menjemput peluang itu kembali. Ia mengajak pemerintah daerah, dinas terkait, dan pihak swasta untuk ikut membangun industri kerajinan batu onik di desanya. Bantuan berupa mesin pemotong modern, alat pemoles presisi, hingga pelatihan lanjutan diyakini akan memutar roda produksi dan membuka lapangan kerja baru.

Paryono sendiri kerap membawa contoh produk ke berbagai event dan expo. Setiap kali memamerkan batu onik Desa Jari, ia melihat mata pengunjung berbinar kagum. “Kualitasnya tidak kalah dengan marmer luar negeri. Tinggal promosinya saja yang perlu didorong,” ujarnya.

Batu onik Desa Jari bukan hanya peluang bisnis, tetapi juga warisan budaya yang layak dijaga. Mengembangkan kerajinan ini berarti menjaga identitas desa sekaligus mengangkat ekonomi warga.

Dari bongkahan batu yang keluar dari perut bumi Gondang, Desa Jari bersiap menorehkan namanya di peta industri kreatif. Sebab bagi mereka, batu bukan sekadar batu, ini adalah cerita tentang mimpi, kerja keras, dan keyakinan bahwa desa kecil pun bisa berbicara di panggung dunia.

“Kami percaya, kalau ada dukungan yang tepat, kerajinan batu onik Desa Jari bisa menembus pasar nasional bahkan internasional,” tegas Paryono.

Red.. 

Sebelumnya

item