APBD Bojonegoro Menggunung, Harapan Kontraktor Kecil Terkubur Sunyi


Bojonegoro, Polemikdaerah.online, — Angka Rp 7,9 triliun menghias halaman depan dokumen APBD Bojonegoro, seolah menjadi nyanyian kemenangan bagi seluruh rakyat, namun di telinga kontraktor kecil, angka itu hanya gema yang terdengar jauh, samar, dan dingin.

Dulu, Penunjukan Langsung (PL) menjadi secercah lampu di lorong usaha mereka, meski tak terlalu terang, tetapi cukup untuk menuntun langkah di tengah persaingan yang keras, kini, lampu itu padam, jalan gelap, tak ada papan petunjuk, yang ada hanya kabar yang berputar di warung kopi, kabar bahwa paket PL lenyap tanpa jejak, seperti perahu yang ditarik arus malam.

"Dulu walau sepotong, masih ada rezeki yang bisa dibawa pulang, sekarang semua tertutup, gelap gulita, Mas,” ujar seorang kontraktor dengan suara pelan, namun matanya penuh kecewa.

Jika PL adalah sumur yang mengering, tender proyek besar kini menjelma tebing batu yang menjulang, persyaratan naik setinggi langit, sementara tali untuk memanjatnya tak pernah dilempar ke bawah, dokumen dukungan, sertifikat, dan syarat teknis berlipat ganda, tapi sosialisasi nyaris tak terdengar.

Hanya mereka yang sudah berada di puncak sejak awal yang bisa melangkah, sementara yang di bawah hanya menatap, menunggu hujan yang entah kapan datang.

Bisik-bisik soal monopoli mengalir di sela obrolan malam, tentang proyek-proyek yang selalu jatuh ke nama-nama yang sama, dstribusi pekerjaan yang seperti air sungai, mengalir hanya ke jalur yang telah diatur sejak hulu.

Bagi kontraktor kecil, dugaan ini tak lagi sekadar isu, ini menjadi rasa pahit yang mengendap di tenggorokan, karena mereka tahu, meski berteriak, suaranya akan tenggelam di ruang rapat yang dindingnya terlalu tebal.

Kecewa kadang tidak perlu diucapkan, banyak kontraktor memilih diam, bukan karena tak berani, tetapi karena mereka tahu diam lebih hemat tenaga daripada berbicara kepada telinga yang sudah tertutup.

"Percuma, bicara hanya akan membuat kita lelah, sedangkan keadaan tak berubah,” kata seorang pelaku usaha, tersenyum tipis seperti menertawakan nasib sendiri.


Sebelumnya

item