Dugaan Permainan Gelap Rekrutmen Perades Kadungrejo, Makin Terang Benderang Praktik Kecurangan.
![]() |
Tampilan Layar Lebar Suasana Ruang Server |
Berbagai tahapan seleksi sejak awal memicu asumsi adanya praktik manipulasi, mulai dari identitas perguruan tinggi rekanan yang ditutup rapat, hingga aplikasi Computer Assisted Test (CAT) yang akurasinya diragukan.
Alih-alih menjawab pertanyaan warga, pihak Pemerintah Desa, panitia, camat hingga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) justru terkesan saling melempar tanggung jawab, celakanya, alasan yang dipakai pun dinilai mengada-ada, kawatir jika identitas universitas diumumkan ke publik, maka rawan terjadi lobi dan intervensi.
“Kalau memang transparan, kenapa harus ditutup-tutupi..? bukankah justru kerahasiaan seperti inilah yang membuka peluang kecurangan..?” sindir seorang warga Kadungrejo yang enggan disebut namanya, Rabu (9/7/2025).
Situasi makin membingungkan ketika Camat Baureno, Dery, secara gamblang mengaku tidak tahu siapa pihak universitas rekanan panitia. Padahal, Kepala Dinas PMD, Mahmudin, menyatakan bahwa camat memiliki peran memantau setiap tahapan seleksi, termasuk proses penunjukan pihak ketiga yang menangani tes. Pernyataan ini pun menegaskan: ada persimpangan persepsi, celah kontrol terbuka, dan tanggung jawab yang kabur.
Di tengah kabut itu, publik juga menyoroti kredibilitas aplikasi CAT yang digunakan, sejumlah peserta ujian menilai, panitia gagal memberi penjelasan substansial mengenai kelebihan, sistem kerja, hingga mekanisme pengoperasian aplikasi.
Tak sedikit peserta yang mengeluh, bagaimana publik bisa yakin hasil tes akurat dan tidak bisa diutak-atik operator, jika status server, rekaman aktivitas (log activity), hingga mekanisme koreksi soal tidak pernah dijelaskan secara gamblang?
“Aplikasinya itu bikinan siapa..? apa produknya Google, Meta, atau produk siapa..? berbasis offline atau online..? koneksi servernya kemarin juga enggak dibahas sama sekali, kalau operatornya nakal, kan rawan dikendalikan, operator juga manusia, kami sebagai peserta jadi ragu,” kata seorang calon Perades, Rabu (9/7/2025).
Kecurigaan publik kian beralasan setelah pewarta menemukan fakta bahwa beredar dua versi surat undangan tes Perades, di dapati pada berkas undangan pertama, nama perguruan tinggi pembuat soal sama sekali tidak tercantum, Identitas FISIP Universitas Brawijaya Malang baru muncul di surat kedua, itu pun setelah warga ramai mendesak penjelasan.
Setelah pelaksanaan tes, fakta mengejutkan justru datang dari pengakuan Lukman, salah satu tim pendamping Universitas Brawijaya. Ia memaparkan bahwa sistem kerja aplikasi CAT terpusat pada satu server, yang sepenuhnya dikendalikan operator dari pihak perguruan tinggi, tanpa keterlibatan Dinas PMD, camat, maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
“Sistem kerja aplikasi dalam pengoreksian langsung tersambung dengan server. Server dikendalikan CV atas nama Pak Fadli, bagian tim dari FISIP Universitas Brawijaya,” ungkap Lukman.
Artinya, semua data soal, jawaban, hingga hasil koreksi terkunci di server yang hanya diakses segelintir orang di luar lingkup pengawasan pemerintah. Ketiadaan peran APIP pun menandakan tak ada mekanisme audit independen yang bisa menjamin integritas proses penilaian.
Celakanya, hingga informasi ini terbit, belum ada satu pun perwakilan Pemdes, camat, Dinas PMD, maupun Inspektorat yang mau memberikan keterangan resmi soal mekanisme pengawasan atau audit data server CAT tersebut.
Red...