Koperasi Desa Merah Putih, Dimutilasi Rente Kapitalis

Opini Edukasi


Bojonegoro, Polemikdaerah.online, - Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) lahir dari cita-cita besar, mewujudkan kedaulatan ekonomi rakyat desa. Ia igagas sebagai benteng terakhir melawan tengkulak, rentenir, dan kapitalis rente yang selama ini menghisap keringat petani serta pelaku usaha kecil di pelosok Bojonegoro, namun kini, cita-cita itu seolah tinggal nama.

Koperasi yang seharusnya menjadi penggerak ekonomi rakyat justru menjelma papan nama berdebu di depan kantor desa, semangatnya mati sebelum sempat tumbuh.

Dari 430 desa dan kelurahan di Bojonegoro, hampir semuanya sudah memiliki struktur pengurus KDMP, namun hingga kini, belum satu pun yang benar-benar bergerak, sebagian besar masih diliputi keraguan, takut bila Dana Desa (DD) hingga 30% dijadikan jaminan untuk modal koperasi.

Padahal, semangat awalnya jelas, memberi rakyat desa akses permodalan murah, membuka peluang usaha, dan menumbuhkan semangat gotong royong ekonomi, yang seharusnya menjadi ruang belajar dan pemberdayaan, bukan beban administratif yang menunggu perintah dari atas.

Kesalahan pandang muncul dari tingkat desa sendiri, banyak kepala desa menganggap bahwa BUMDes dan koperasi adalah hal yang sama, padahal, keduanya berbeda dalam jiwa dan tujuan.

  • BUMDes dimiliki oleh pemerintah desa, berorientasi pada peningkatan Pendapatan Asli Desa, sedangkan koperasi dimiliki oleh masyarakat, para anggotanya sendiri, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan bersama.
  • BUMDes mengelola aset, seentara koperasi mengelola kehidupan.
  • BUMDes bergerak dengan logika proyek, koperasi bekerja dengan logika gotong royong, keduanya harusnya saling melengkapi bukan saling meniadakan.

Namun ketika koperasi berhenti bergerak, para rente kapitalis justru tumbuh subur, mereka bagaikan parasit yang hidup dari ketimpangan, bersembunyi di balik harga pupuk yang terus naik, gas elpiji bersubsidi yang langka, hingga bansos dan bantuan usaha yang bocor di tengah jalan.

Rente tidak perlu bekerja keras, cukup menjaga agar rakyat tetap bingung dan koperasi tetap diam dan di situlah ironi terbesar terjadi, benteng ekonomi rakyat yang seharusnya melawan rente malah membiarkan dirinya lumpuh.

Pemerintah pusat sejatinya telah membuka jalan lebar, Bank-bank milik negara siap menyalurkan pinjaman hingga Rp3 miliar per koperasi dengan bunga ringan 6% per tahun dan tenor hingga enam tahun, bahkan, dana APBN telah disiapkan untuk membangun gudang, gerai bisnis, dan fasilitas transportasi. Artinya, semua fasilitas sudah tersedia, yang hilang hanyalah nyali untuk memulai.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 1,3 juta jiwa dan tingkat pengangguran mencapai 4,42%, Bojonegoro sebenarnya memiliki energi besar untuk menjadikan KDMP sebagai senjata melawan kemiskinan struktural, nmun tanpa keberanian, koperasi hanya akan menjadi laporan kegiatan, bukan gerakan kesejahteraan rakyat.

Koperasi bukan sekadar lembaga ekonomi, ia adalah gerakan moral, sosial, dan kebangsaan, rente kapitalis tidak perlu membubarkan koperasi untuk menang, cukup membuatnya diam dan tak bekerja, itulah bentuk mutilasi ekonomi rakyat yang sesungguhnya, membunuh semangat gotong royong dengan ketakutan administratif.

Kita boleh berbicara digitalisasi, investasi, atau proyek besar, tetapi jika koperasi mati, maka urat nadi ekonomi rakyat ikut membusuk.

Namun harapan belum padam, api kecil masih menyala di dada mereka yang percaya bahwa kemandirian ekonomi dimulai dari desa, Koperasi Desa Merah Putih harus dikembalikan ke tangan rakyat, bukan menjadi instrumen birokrasi yang kehilangan ruh perjuangan.

Kebangkitan ekonomi nasional tidak akan lahir dari gedung-gedung tinggi di Jakarta,melainkan dari lumbung padi yang dikelola jujur, warung kecil yang tumbuh karena gotong royong, dan rakyat desa yang berani mengatur nasibnya sendiri.

Jika Bojonegoro mampu menyalakan api itu,maka Koperasi Desa Merah Putih akan hidup kembali, bukan sekadar simbol di atas kertas, melainkan bendera perjuangan ekonomi rakyat yang kembali berkibar di tanah kelahiran bangsa.

Koperasi Desa Merah Putih bukan sekadar proyek ekonomi, ia adalah ujian moral bangsa, apakah rakyat desa masih percaya pada gotong royong, atau sudah menyerah pada rente yang perlahan menghisap darah kehidupan mereka.

Red... 

Sebelumnya

item